Selasa, 28 September 2010

Sikap Pada Kritikan Orang

Mindset 1 : Kata Orang Bukan Segalanya

Siaran televisi saat ini selalu di banjiri iklan, sinetron, maupu acara tv yang memajang artis-artis cantik bertubuh langsing. Akibatnya, banyak remaja putri yang mengidolakan  artis-artis tersebut. Mungkin kamu juga termasuk salah satunya?

Yang jelas, para remaja putri ini ingin memiliki bentuk tubuh yang ideal seperti idola mereka. Langsing dan tampak cantik di mata orang lain. Karena itu, banyak dari mereka yang langsung merasa kebingungan ketika mendenagar komentar dari orang lain,”Wah, kamu sekarang gendutan ya….”Biasanya mereka langsung masuk kamar, manghabiskan banyak waktu didepan cermin untuk mengamat-amati bentuk tubuhnya. Kemudian mengngguk-angguk, membenarkan kata-kata orang yang baru mereka dengar. Setelah itu, perjuangan keras menurunkan berat badan di mulai. Rasa lapar seringkali tidak dihiraukan, demia satu tujuan: dipandang cantik oleh orang lain.

Begitu pula dengan remaja putra, yang seketika kebakaran jenggot ketika mendengar olakan
teman-temannya, “Cebol…cebol!!”Setelah itu, karena merasa tidak nyaman dengan dirinya sendiri, meraka akan berusaha keras mencari cara untuk menambah tinggi badan, baik dengan olahraga maupun minum obat.Semua orang ingin mendapat pujian dari orang lain. Semua orang ingin tampak hebat di depan orang lain.

Hal tersebut wajar-wajar saja. Namun, bagaimana kalau pujian itu tidak kita dapatkan? Apa yang akan kita lakukan kalau justru kritikan, celaan atau ejekan yang kita terima? Mindset positif tidak menggantungkan jati diri kita pada kata-kata orang lain. Orang lain boleh berkata apapun tentang diri kita, tapi jangan sampai perkataan orang otu menjadi suatu nilai mutlak untuk menilai diri kita sendiri.

Ingat, kita tidak akan menjadi bodoh hanya karena orang lain mengatakan  kita bodoh. Kita hanya akan menjadi bodoh ketika kita mengatakan sendiri bahwa kita bodoh! Mari kita perhatikan ilustrasi kisah tentang seorang bernama Dinbebe dapat tugas menggambar, bagaimana dia harus bersikap tentang omongan di sekeliling dia.
Dinbebe kecil mendapat tugas menggambar dari gurunya. Dinbebe sangat senang menggambar. Ia pun memutuskan untuk menggambara kucing kesayangannya, Pussy.Selesai menggambar, ia menunjukan hasil gambarnya pada sahabatanya. “Menurutku agak aneh, ekornya terlalu pendek dan telinganya terlalu panjang,” kata sahabatnya.

Dinbebe berusaha memperbaiki gambarnya, kemudian menunjukan hasil gambarnya pada adikny. “Kurasa tidak mirip Pussy sama sekali. Matanya terlalu besar, dan tubuhnya terlalu kecil, Kak!” ujar adiknya.
Sekali lagi Dinbebe memperbaiki gambarnya, lalu memperlihatkan hasilnya sama kakaknya, “Oh, gambar itu? Jelek sekali! Kamu memang tidak berbakat menggambar! Gambarmu pasti mendapat nilai paling jelek dikelas! komentar kakaknya pedas.

Dinbebe kecewa sekali mendengar pendapat orang-orang tentang gambarnya. Mungkin Kakak memang benar, aku tidak berbakat menggambar, dan pasti dapat niali jelek, pikir Dinbebe sedih. Iapun menutup buku gambarnya, dan menyimpannya dalam tas.Ketika keesokan harinya Bu Guru meminta anak-anak untuk mengumpulkan hasil gambarnya, Dinbebe diam saja.

Bu Guru bertanya, ” Dinbebe, mana buku gambarmu?  Kamu sudah mengerjakan tugas gambarmu, kan?”Sudah, Bu Guru….” sahut Dinbebe sambil menuduk sedih. “Tapi saya tidak bisa menggambar….Kata orang -orang, gambar saya jelek sekali…”Kalau begitu, coba keluarkan hasil gambarmu, Ibu mau lihat,” kata Bu Guru.

Ragu-ragu, Dinbebe menarik keluar buku gambarnya dari dalam tas, dan menunjukannya pada Bu Guru. “Ibu pasti bilang gambarku jelek sekali kan?”Bu Guru mengamati karya Dinbebe sejenak. “Bagaimana, Bu? Ibu akan memberi saya nilai jelek ?” tanya Dinbebe.”Bagaimana menurut kamu sendiri, Din?” balas Bu Guru.  “Kata orang-orang….”Dinbebe kecil belum menyelesaiakan kalimatnya ketika Bu Guru denagan cepat memotong,”Bukan kata orang-orang, tapi kata kamu sendiri!Bagaimana?”

Menurut saya bagus, Bu….” jawab Dinbebe pelan.”Nah! Kalau kamu sendiri bilang gambarmu bagus, artinya gambarmu memang sungguh-sungguh bagus!” kata Bu Guru. Kemudian Bu Guru mengambil spidol merah, dan menulis angka “delapan” besar-besar diatas kertas gambar Dinbebe.
Nilai gambar yang tertinggi di kelas!Dalam mengejar cita-cita menjadi bintang, terlalu menggantungkan diri pada kata-kata orang bisa menjadi penghalang besar. Terutama bila perkataan orang lain itu bersifat negatif yang menghancurkan mental.

Ada seorang gadis yang bernama Hetty Widyawati yang sudah mampu menulis kode pemrograman komputer ketika masih duduk di bangku SLTP. Ia memang sangat menyukai bidang tersebut.Suatu ketika, Guru pemrograman komputer mengkritiknya. Meskipun Hetty sudah membuat sebuah program yang mampu berjalan sangat baik, Guru tersebut tidak menyukainya menggunakan jalan pintas.

Akibat kritik tersebut, minat Hetty pada pemrograman pun hilang. Lalu ia melanjutkan studi di
bidang rekreasi dan public relations, bidang yang sama sekali bertentangan denagn bakatnya yang luar biasa. Seorang calon pemrogrammer besar telah gagal memanfaatkan bakatnya. Namanya jadi tidak dikenal orang karena terlalu memusingkan komentar orang lain.

Tanggapan orang lain pada diri kita bisa bermacam-macam. Kita juga tidak akan mampu bisa memuaskan semua pihak. Komentar orang lain haris kita saring baik-baik. Kritik yang membangun harus kita terima dengan lapang dada untuk pengembangn diri ke arah yang lebih baik.
“Aku sudah berusaha memperbaiki kelemahanku, tapi selalu gagal. Bagaimana dong ?”

Nah, menghadapi situasi semacam itu ada 2 (dua) hal yang perlu kamu pertimbangkan :
1. Apakah kelemahanku itu merupakan sesuatu yang bisa diubah atau tidak?
2. Apakah kelemahanku itu merupakan sebuah prioritas untuk diperbaiki?
1. Apakah kelemahanku itu merupakan sesuatu yang bisa diubah atau tidak ?
Kalau kelemahanmu sesutau yang tidak bisa diubah, kamu harus bisa berbesar hati untuk menerimanya. Bukannya tidak mungkin hal yang dibilang orang sebagai ” kelemahan” tersebut judteru bisa kamu manfaatkan menjadi “nilai lebihmu”. Hanya saja syaratnya kanu harus menerima dirimu apa adanya. Just enjoy yourself !

Contohnya, Tukul Arwana, pembawa acara yang sangat terkenal di televisi. Kamu setuj kan jika saya bilang bentuk fisiknya jauh dari “tampan”?. Banyak orang orag bilang, gaya bicara dan pembawaannya “kampungan”. Tapi ia bisa menerima dirinya apa adanya dan memikmati keberadaannya sehingga hal tersebut menjadi ciri khas Tukul Arwana yang membuatnya dibayar mahal sebagai presenter. Apa yang sebelumnya dikatakan orang sebagai “kelemahan” telah diubahnya menjadi “kelebihan”, sehingga tidak heran ia menjadi tokoh inspiratif bagi orang lain  yang from nobody to sombody !

Nah, sebaliknya, kalu kelemahan kamu itu merupakan sesuatu yang bisa diubah, kamu haru memiliki keberanian untuk merubahnya. Contohnya, ketika orang mengatakan kamu “pemalas”, artinya kamu harus instropeksi diri dan cepat-cepat memperbaikinya. Kebiasaan malas pasti bisa diubah, hanya tergantung kemauan saja.
Perlu kepekaan untuk bisa membedakan hal mana yang bisa diubah atau tidak.

2. Apakah kelemahanku itu merupakan sebuah prioritas untuk diperbaiki ?
Misalnya, seorang teman mengejek kamu jerawatan. Kmau sudah mencoba semua obat jerawat, tapi gundukan-gundukan kecil itu tetap memenuhi wajahmu. Kamu jadi tambah kesal dan stress, bahkan mengaikan latihan basket demi konsultasi ke dokter jerawat.
Wah, kalau itu yang terjadi, ruginya jadi dobel!
 
- Pertama, stress bisa membuat jerawatmu justru makin bertambah.
- Kedua, kesempatan diangkat jadi pemain inti hilang melayang gara-gara kamu lebih mementingakn urusan jerawat.
 
Mulai sekarang, selalu pikirkan dulu dengan kepala dingin. Apakah kelemahan ini merupakan suatu prioritas untuk diperbaiki? Adakah hal lain yang lebih penting untuk dikembangkan? Daripada berfokus pada kekuranganmu, lebih baik gali dan manfaatkan kelebihanmu!
 
Intinya, harus diingat bahwa pendapat orang itu tidak boleh menjadi nilai absolut harga diri kita. Pendapat orang tidak selalu benar. Daripada mempercayakan jati diri kita pada pendapat orang mereka, mengapa tidak belajar mempaercayai pendapat sendiri? Tidak ada yang lebih mengenli kita selain kita sendiri, bukan?
 
Terus simak kategori rahasia menjadi bintang sekolah ini, kita akan belajar hal-hal luar biasa apa yang sebenarnya bisa kita lakukan untuk menjadi bintang di sekolah. Kamu pasti terkejut menyadari potensi besar yang akan tersingkap kalau saja kamu lebih percaya pada diri sendiri dan fokus pada kelebihanmu!
 
Untuk di renungkan : :
1. Apa saja komentar orang tentang dirimu yang pernah kamu dengar?
2. Dari semua pendapat orang itu,mana yang termasuk kategori bisa dirubah?
3. Dari semua kategori “bisa dirubah”, urutkan dari prioritas tertinggi ke terendah!
Prioritas tertinggi:
1…
2…
3…

Sabtu, 25 September 2010

Pilihan Kesempatan adalah Hidupmu

 Kesempatan datang hanya satu kali

Di sebuah desa dipinggir sungai, hiduplah dua orang miskin pemuda bernama Rizal dan Dinbebe. Keduanya bertetangga, dan sama-sama tinggal di gubuk yang sangat sederhana. Keduanya juga punya profesi yang sama, yaiyu sebagai tukang perahu.
Suatu hari, ketika sedang menunggu pelanggan dari dalam perahunya, Dinbebe melihat seorang kakek tua yang berdiri di pinggir sungai dengan wajah bingung. Dinbeb yang baik hati langsung merasa kasihan dan mendekati kakek tua .

“Ada yang bisa saya bantu, kek?” sapanya ramah. Dengan suara gemetar kakek tua menjawab, “ya, Anak muda. Aku ingin menyebrang sungai, tapi aku gak punya uang untuk menyewa perahu.”
Wajah Kakek Tua itu tampak sangat memelas. Pakainnya kumal, penuh tambalan di sana sini. Sebuah syal warna hijau tua yang sudah mulai memudar melingkar dilehernya.

“Kakek bisa naek perahu saya. Kakek tidak perlu membayar!” Kata Dinbeb dengan tulus.
Sang Kakek Tua mengucapkan terima kasih, dan cepat-cepat naik ke atas perahu. Sementara Dinbebe sibuk mengayuh perahunya, Kakek Tua itu mengajaknya bicara.
“Anak Muda, Apakah kau mau sekotak berlian?”                                                                                                                                                                                

Dinbebe tidak menanggapi pertanyaan si Kakek Tua itu dengan serius. Ia mengira Kakek Tua itu sedang bercanda. Tidak mungkin kakek yang miskin ini benar-benar menawarinya sekotak berlian. Klaupu benar, tidak mungkin barang semewah itu diberikan begitu saja padanya! Dinbebe tidak percaya kalau dirinya seberuntung itu.
“Ah, saya tidak perlu berlian sebanyak itu Kek…” sahutnya mengelak.
Si Kakkek Tua hanya mengangguk-ngangguk. Tak eram lama, sampailah di tempat tujuan. Kakek Tua itu sekali lagi mengucapkan terimakasih, kemudian pergi meninggalkan Dinbebe.

Enam bulan kemudian, penggalan kejadian tersebut sudah hampir menguap dari ingatan Dinbebe. Pagi itu, seperti biasa Dinbebe hendak berangkat bekerja ketika ia bertemu dengan tetangganya, Rizal.
“Hai,  Rizal! Kau tidak berangkat ke sungai pagi  ini"                                                                                    “Tidak, Dinbebe! Hari ini aku akan pindah ke kota. Aku sudah cukup banyak uang untuk mebeli rumah disana. Mulai hari ini, aku tidak perlu bekerja sebagai tukang perahu lagi. Aku aka menjadi seorang pedagang di kota!” sahut Rizal,  membuat Dinbebe terheran-heran. Bagaiman mungkin tetangganya ini yang sama – sama tukang perahu mendadak kaya?
Lalu Rizal bercerita tentang kisah keberuntungannya bertemu dengan Kakek Tau yang hendak menyebrang sungai. Ketika Rizal menolongnya tanpa mengharapkan imbalan, si Kakek justru menawarinya sekotak berlian. Rizal yang terheran-heran menerimanya. Sekotak berlian asli pemberian Kakek Tua itulah yang kemudian mengubah hidup Rizal, membuatnya sanggup membeli rumah besar di kota.

Mendengar cerita Rizal, Dinbebe terkejut. Ia ingat, kejadian yang sama persis dialami enam bulan yang lalu! Hanya saja, ketika sang Kakek menawari sekotak berlian, Dinbebe justru menolaknya. Ia tidak percaya Kakek Tua yang miskin itu akan memberiya harta yang sangat berharga.

“Rizal, apakah Kakek Tua yang kau temui itu memakai baju compang camping, syal hijau tua, dan punya tahi lalat di keningnya?” tanya Dinbebe.  Rizal mengangguk. “Kau pernah bertemu dengannya?”  Dinbebe tidak menyahut. Ia berlari dengan cepat meninggalkan Rizal yang terbengong-bengong keheranan.
Rasa kecewa yang mengelagak dari dalam dada Dinbebe tidak bisa di ungkapkan lagi dengan kata- kata. Ia berlari makin cepat…..terus makin cepat menuju sungai, tempat pertemuannya dulu dengan Kakek Tua.

Alangkah senangnya Dinbebe ketika Kakek Tua itu ada di sana! Secercah harapan meletup-letup dibatin Dinbebe. Mungkin saja hari ini adalah hari keberuntungannya….
“Kek, apakah Kakek masih mengenal saya? Apakah sekotak berlian yang dulu Kakek tawarkan itu masih boleh saya miliki?” tanya Dinbebe dengan terengah-engah, saking bersemangatnya.

Sang Kakek menatapnya sebentar, lalu menjawab, “Bukankah dulu waktu kutawari, kau bilang tidak menginginkanya?” Dinbebe gelagapan. ” Maaf Kek, waktu itu aku menganggap kata-kata Kakek tidak serius. Sebenarnya aku menginginkannya! Aku mau menerimanya! tapi saat itu aku…..aku taidak percaya kalau Kakek sungguh-sungguh! Aku….malu mengakui keinginanku didepan Kakek…..”

Dinbebe terpekur mendengar kata-kata Kakek Tua itu. Seharusnya dia yang berhak mendapat berlian itu karena dialah yang pertama bertemu dengan Kakek! Dialah yang pertama ditawari oleh Kakek! Tapi karena kesalahannya sendirilah kesempatan itu akhirnya melayang dan justru menjadi milik Rizal tetangganya.

Dinbebe menyesal karena tidak jujur mengakui bahwa sesungguhnya ia menginginkan harta tersebut. Ia tidak percaya bahwa Kakek miskin tersebut bisa mengubah hidupnya.
Ketika sekotak berlian itu sudah lewat  begitu dekat di depan matanya, ia sendiri yang menolaknya. Semua karena kesalahannya sendiri.

Sobat, ‘sekotak berlian’ itu sekarang ada didepan matamu. ‘Berlian’ ini adalah rahasia besar yang akan mengubahmu jadi bintang di sekolah. Jadi bintang disekolah adalah awal masa depan yang cemerlang. Selanjutnya, peluang-peluang berikutnya akan terus mengikutimu, dan masa depan sukses telah menantimu!

Jangan biarkan ‘berlian’ itu melayang dan menjadi milik orang lain! Buang semua alasan yang mungkin menghalangi. Segera tangkap kesempatan itu sekarang, atau nantinya kamu akan menyesal seperti Dinbebe! 

Kesempatan emas itu mungkin hanya lewat satu kali saja dihadapanmu.
Ketika Dinbebe ditanya apakah ia mau sekotak berlian, Dinbebe menjawab “Saya tidak perlu berlian sebanyak itu…”. Diakhir cerita , ia menyesali kata-katanya yang tidak jujur.

Bagaimana seandainya ada orang yang bertanya,”Apakah kamu mau jadi bintang di sekolah?”
Apakah kamu juga akan menjawab,” Saya tidak perlu jadi bintang di sekolah….?”
Kalau itu jawabanmu, kelak kamu akan menyesal seperi Dinbebe. Tidak peduli bagaimanapun keadaanmu saat ini, jangan tipu hati kecilmu sendiri! Jawablah dengan yakin dan mantap, ” YA! AKU MAU JADI BINTANG DI SEKOLAH!”

Langkah berikutnya silahkan membaca blog tentang rahasia jadi bintang sampai habis, yang berisi satu persatu rahasia-rahasia besar untuk mencapai impianmu. Semua ditulis berdasarkan pengalaman para bintang yang sudah sukses di dunianya masing-masing.

Mungkin kamu bertanya-tanya, “Apa rahasianya?”
Ternyata sama seperti para bintang yang lain, bukan otak dan bakat yang menjadi keberhasilan. Tetapi ada formula rahasia di balik semua prestasi tersebut. Dan kabar baiknya, rahasia ini dapat dipelajari dan diperaktekan siapa pun !

Karena itu, kalian harus bersyukur karena termasuk dalam anak-anak beruntung yang mempunyai kesempatan  untuk mengetahui formula rahasia ini. Kalau para bintang bisa, kitapun pasti bisa !

Jadi siapa yang mau jadi bintang di sekolah? Jangan sia-siakan “berlian” yang telah dusodorkan tepat didepanmu ini! Ayo cepat temukan kunci rahasia terpenting yang tersembunyi dalam blog ini !

Rabu, 22 September 2010

Apa itu Mindset?

 Apa saja enaknya jadi bintang di sekolah, apakah kamu MAU jadi bintang di sekolah ?

Sekarang kamu sekalian sudah bisa membayangkan seperti apa enaknya jadi bintang di sekolah. Kalau ingin segera tahu apa rahasianya…OK, ini dia jawabannya! Tujuh huruf, diawali dengan huruf M, dan di akhiri huruf T. MINDSET! Ya, itu dia kuncinya jika kamu ingin mencapai prestasi terbaikmu jadi bintang di sekolah!

Mindset adalah pola pikir yang akan menentukan tindakan. Tindakan ini akan mengantarakan kita makin mendekat (atau justru menjauh) dari impian dan cita-cita kita. Jadi penting sekali bagi kita untuk memiliki “mindset” sang ” bintang”, yang akan mengantarkan kita jadi bintang sesungguhnya.
Apa saja sih “mindset sang bintang?”

Nah, blog ini akan memberikan semua jawaban yang kamu butuhkan. Sebentar lagi, kamu akan mengetahui seperti apa mindset pemenang yang dimiliki para bintang di sekolah. Untuk itu, kamu harus mau membuang mindset yang lama yang menjadi racun penghalang kemajuanmu, mengikuti teladan ” mindset sang bintang”, dan …selamat datang bintang baru di sekolah !

Eh…tapi tunggu dulu! sebelum membahas satu- persatu “mindset sang bintang”, kamu perlu mengetahui cerita tentang seberapa dahsyat ” mindset ” mampu mengubah hidup seseorang dalam ilustrasi cerita ‘Ayahku Seorang Jendral‘.

Minggu, 19 September 2010

Bayangan Seorang Anak Jendral Besar

 Dahsyatnya Mindset Positif

Ada seorang ibu yamg tinggal bersama anak laki-lakinya yang masih kecil, bernama Shan. Shan kecil bertubuh kurus dan sakit-sakitan. Malam hari ia sering gak bisa tidur dan batuk-batukan. Sang Ibu sedih sekali melihat kondisi anaknya.

Pada suatu malam , Sang Ibu berkata padanya, “Shan, tahukah kau? Engkau adalah keturunan langsung dari seorang Jendral Besar! Ayahmu adalah seorang pemimpin pasukan tentara yang gagah berani. Kau adalah anak kandungnya. Pasti kau juga mewarisi kekuatan, ketangguhan, serta kehebatan ayahmu!”


Shan kecil terkejut. Sejak lahir , ia memang belum pernah bertemu dengan ayahnya. Ia tidak pernah tahu kalu ayahnya adalah seorang Jendral Besar! Yang ia tahu, jendral adalah orang yang hebat, kuat dan pemberani. Ia tidak pernah menyangka jika dirinya adalah keturunan langsung seorang jendral!”

Tapi dimana Ayah sekarang, Bu?” Kenapa Ayah tidak pernah pulang?” tanya Shan.
“Ayahmu masih pergi bertugas memimpin pasukannya , Nak. Kalau kau ingin
bertemu dengannya, kau juga harus jadi seorang tentara!” sahut Ibunya.
Kata-kata Ibunya sangat membekas di benak Shan kecil. Ia membayangkan pasti Ayahnya bertubuh besar, tinggi, kuat dan sangat gagah. Shan kemudian membayangkan dirinya mewarisi kekuatan dan kehebatan Ayahnya. Bila sudah besar nanti ia harus menjadi seoarang tentara juga! Mengenakan seragam lengkap seorang tentara, lengkap dengan lencana kehormatannya, dan kemudian bertemu alngsung dengan Ayahnya, Sang Jendral Besar!

Ayahmu sangat gemar berolah raga, Shan. Dulu, setiap hari ia melatih tubuhnya supaya besar dan kuat,” kata Ibu. Shan kemudian jadi raji berolah rag.”Ayahmu juga suka makan makanan yang bergizi, sayur dan buah supaya bertenaga, Shan!” ujar Ibunya lagi, dan shan pun mengikutinya.

Bayangan seorang jendral yang kuat dan gagah begitu kuat dalam benaknya.Sejak saat itu, perubahan demi perubahan drastis pun terjadi. Shan kecil yang kurus dan sakit-sakitan pun berangsur-angsur menjadi sehat. Penyakit batuknya tidak pernah kambuh lagi. Tubuhnya perlahan lahan menjadi besar dan kuat.

Hari demi hari berlalu Shan tumbuh menjadi pemuda bertubuh perkasa. Kemudian ia pun mendaftar menjadi anggota tentara.Pada hari pengumuman ia diterima menjadi anggota tentara, Shan pulang kerumah dengan tidak sabar untuk membawa berita bagus tersebut pada Ibunya.
“Ibu-ibu aku berhasil diterima! Aku akan menjadi seorang Jendral yang hebat, seperti ayah! Aku akan bertemu dengan ayah!” soraknya riang.

Sang Ibu tak kuasa menahan tangis haru mendengar kabar tersebut. Air matanya berlinang ketika memeluk anaknya yang kini telah menjadi pemuda dewasa yang kuat, siap menjadi pembela negara. Bukan lagi Shan kecil yang kurus dan sakit-sakitan.
“Shan, sekarang saatnya Ibu jujur padamu…” kata ibunya, secara perlahan mengulurkan selembar foto lama yang telah kumal. Foto seorang laki-laki yang bertubuh kurus dan kecil, tampak duduk lemas diatas kursi roda. Saking kurusnya, tubuh laki-laki itu kelihatan tinggal kulit yang membungkus tulang. Wajahnya pun tampak pucat, tak betenaga.

“Inilah ayahmu yang sebenarnya, Shan,” kata sang Ibu.
Dahi Shan berkerut. Ia bingung. Bukankah Ayahnya seorang Jendral Besar yang kuat dan gagah?
“Maafkan Ibu, Shan….Ibu telah berbohong padamu. Sebenarnya Ayahmu bukanlah seorang Jendral. Beliau hanyalah seorang petani biasa. Ayahmu….sejak dulu memang selalu sakit-sakitan, dan akhirnya meninggal karena penyakit paru-parunya waktu kau masih dalam kandungan, Shan…”
Shan terhenyak kaget. Ternyata Ayahnya bukan seorang jendral! Ayahnya seorang pria yang lemah yang selalu sakit-sakitan!

“Maaf, Shan….Ibu terpaksa membohongimu….supaya kau bisa tumbuh jadi pemuda yang hebat dan tangguh. Ibu bangga sekali bisa melihatmu seperti ini…”
Shan memeluk Ibunya dengan penuh rasa sayang dan bercampur haru. “Terima kasih, Bu….Kareana dulu Ibu telah mengatakan Ayah seorang Jendral, maka aku bisa seperti ini…”

Ya, Shan yang dulu kurus dan sakit-sakitan kini menjelma menjadi pemuda kuat dan tangguh berkat perubahan mindset yang dimilikinya. Karena sang Ibu menagatakan bahwa ia keturunan langsung seorang Jendral, Shan yakin dirinya pasti mewarisi kekuatan dan ketangguhan bapaknya. Ia membayangkan dirinya memang pantas menjadi seorang Jendral seperti sang Ayah. Bayangan tersebuat sangat kuat mengendap dalam otak bawah sadar  Shan selama bertahun-tahun dan mengubah jalan hidupnya.

Ayah Shan bukanlah seorang Jendral. Shan tidak mewarisi kekuatan fisik dari Ayahnya. Kalau akhirnya ia sungguh-sungguh berhasil menjadi seorang Jendral, mindset-lah yang telah merubah kelemahannya menjadi kekuatan.

MINDSET-lah kuncinya.

Mindset positif yang penuh keyakinan diri dalam diri Shan telah menarik banyak energi positif dari sekitar. Keajaiban Tuhanlah yang kemudian mengantarkan perubahan-perubahan manis berupa kesembuhan pada Shan kecil. Usaha tak kenal lelah berlandaskan “minset positif” juga menjadi pemiciu di balik perubahan tersebut.

Kamis, 16 September 2010

From Nobody To Somebody

Keajaiban Mindset

Berikut ini adalah alasan yang menjelaskan bagaimana mainset positif dalam pikiran kita mampu bisa menciptakan perubahan fantastis, from no body to somebody.

Mindset positif atau keyakinan akan hal-hal positif akan mempengaruhi pikiran kita. Bila kita yakin bisa menjadi seorang bintang, kita pasti akan berusaha sungguh-sungguh untuk mencapainya. Usaha dan kerja keras akan membuahka hasil berupa prestasi yang membuat kita bangga.
Prestasi tersebut, sekecil apapun, dapat mengutkan keyakinan bahwa kita mampu menjadi bintang.
 
Keyakinan bertambah akan manambah usaha, dan begitu seterusnya siklus positif ini terus berulang. Satu kesuksesan akan memicu kesuksesan lain.

Sebaliknya apa yang terjadi bila orang sudah tidak yakin dengan potensi dirinya sendiri? Mereka cenderung akan membatasi usah untuk sesuatu yang dianggap sia-sia.
 
” Belajar atau nggak belajar sama aja, nilai matematiku pasti jelek! Ya sudah, mendingan main game saja….”
Itu ungkapan klasik yang sering kita dengar ( atau justeru kita yang mengucapkannya?). Karena tidak mau berusah lebih keras, bisa ditebak hasilnyapun akan buruk. Hasil buruk ini menguatkan keyakinan bahwa mereka memang tidak memiliki kemampuan. Siklus negatif pun terus berulang.

Jadi,Sobat…kalu kamu benar-benar ingin berubah dan mmenjadi bintang, pertama-tama kamu harus memiliki keyakinan dan maindset positif. Ubahlah mindset lamamu! Kabar bagusnya, maindset tersebut ada dalam kendali kita masing-masing. Kitalah yang memutuskan untuk mau melakukan perubahan atau tidak! Kitalah yamg menentukan untuk mau menjadi seorang bintang atau tidak! Kitalah yang memegang kemudinya.

Seperti nakhodayang meminpin kapal dan memutuskan ke arah mana kapal tersebut akan berlayar, kita juga memegang kemudi kapal kehidupan kita masing-masing.

Kearah mana kapal tersebut akan kita bawa melaju? Apakah menuju kemana orang rata-rata berkumpul? Atau justeru tempat diman hanya ada 5% orang saja tingga, yaitu orang-orang fantastik yang menduduki posisi-posisi penting dan mengundan decak kagum?
Kalau pilihan itu disodorkan pada saya, saya akan pilih yang di atas rata-rata. Bagaiman dengan kamu?
 
Saya harap kamu membuat pilihan yang tepat karena apa yang kita putuskan saat ini akan benar-benar berdampak pada masa depan kita. Nah, kalu arah yang dituju “kapal” kita sudah jelas, kita hama perlu menjaga kemudi “kapal” tersebut supaya tetap pada jalur yang benar.

Dalam “kapal kehidupan” kita, “mindset” adalah kemudinya. Seperti nakhoda memegang kendali atas kemudi, kita juga memegang kendali atas maindset yang kita miliki. Berikutnya, mindset akan mengantarkan kita pada tujuan, cita-cita atau mimpi yang akan kita raih.
Pertanyaannya, mindset seperi apa yang akan mengantarkan kita pada cita-cita menjadi seorang bintang?
Kamu akan segera tahu jawabannya. Sebentar lagi !

Untuk direnungkan :
 
Ambil dua lembar kertas.
Pada kertas pertama, gambarkan bayangan dirimu yang ada pada benakmu saat ini! Boleh dengan gambar/kata-kata, misalnya: cantik/jelek,pendiam/cerewet, pemalas/rajin, dst.
Sudah selesai?
 
Kalau sudah, coretlah dengan huruf x besar-besar pada gambaran dirimu yang lama. Lalu beralihlah pada gambar yang kedua.
 
Di kertas yang baru ini, bayangkan dirimu yang kamu impikan. Boleh dengan gambar/kata-kata, misalnya : ganteng/ cantik, rajin, ceria, jago silat, dst.
Pajanglah hasil karyamu di kertas kedua ini di dalar kamar tidurmu! Carilah tempat yang bisa dengan mudah kau lihat setiap saat !